Cerita ini bermula dari sebuah pengorbanan demi keluarga. Sebut saja nama dia Fim, nama lengkapnya Fim Salabim. Menurut cerita orang tuanya, nama itu didapat dari seorang arab yang katanya artinya ajaib. Fim kecil hidup di sebuah desa dengan kehidupan yang sederhana. Dia selalu mengikuti dan belajar segala hal dari ayahnya. Hidup sebagai anak petani membuat Fim sadar betul akan artinya rasa syukur. Dia sangat menyayangi ibunya yang setiap hari bekerja membantu ayah dan mengurus segala hal yang berhubungan dengan rumah.
Hari berganti hari, tahun pun ikut berganti. Fim semakin beranjak dewasa, tetapi kedua orang tuanya semakin lemah. Dia pun mulai menggantikan posisi ayahnya untuk menggarap lahannya, karena memang hanya dari hasil panen itulah mereka bergantung. Terpaksa Fim meninggalkan bangku sekolahnya semata-mata untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Karena menurut dia “ kapan lagi saya dapat berbakti, di kondisi orang tuaku yang menua “. Pilihan hidupnya untuk meninggalkan sekolah bukan karena tak ada biaya, tapi pilihan untuk mengabdi kepada orang tuanya.
Apa yang lebih berharga dari keluarga? Tidak harus berkeluarga dahulu untuk memahaminya.
-krt-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar